Friday, 9 February 2018

The proof

13 januari 2017, hari yang aku tunggu, setelah berbulan bulan menahan diri untuk tidak pulang, juga karena kehabisan cuti (cuti sudah habis sejak lama.hehe), akhirnya aku dapat kesempatan pulang. Kembali ke rumah. Jogja. Itupun mungkin karena belas kasihan si atasan..wkwk sempat ditanya "kok pulang?emang masih punya cuti?", ya aku tangkis dengan jawaban "masih punya lah, kan ini awal tahun, dapat jatah 1 hari di bulan Januari". Akhirnya diijinkan. Walaupun ketika itu apabila tidak diijinkan,aku tetap akan berangkat. karena apa? karena rindu.

Karena ini hari biasa, jadi ak pesan tiket untuk keberangkatan pagi, jam 8.45. Daaan aku baru persiapan packing sekitaran subuh, kenapa?karena ak menganggap simpel, aku ga mau bawa banyak2 barang, pakaian dan semacamnya. Aku pengen simpel aja, bawa seperlunya pakai tas punggung ukuran standar dan berangkat ala ala backpacker.

Jam 8.45 kereta berangkat, sekitaran jam 8 lebih baru jalan dari kantor. Mantab. seharusnya untuk urusan seperti ini aku tidak menggunakan rumus "the power of kepepet". karena apa? karena aku juga bergantung pada orang lain. Untuk keberangkatan ini, aku menggunakan ojek online dan baru dijemput sekitaran jam 8. Aku tidak dapat memastikan kecepatan si pengemudi. Jika beruntung aku akan dapat pengemudi yang lajunya cepat.

Diperjalanan, seperti biasa, aku ngobrol dengan pengemudi, mungkin karena keenakan ngobrol, lajunya pun santai, tak tahu bahwa aku sedang kepepet. Akan sangat lucu apabila aku ga jadi pulang karena terlambat naik kereta. Aku pun tak membayangkan itu. Jadi aku minta pengemudi ini untuk laju cepat sembari aku berdoa. Aku yakin doa akan membantu. Aku teringat dengan buku yang pernah aku baca, buku yang ditulis oleh mas Saptuari Sugiharto dengan judul "Catatan Indah Untuk Tuhan". Di cerita itu, si mas Saptu mengalami hal yang sama dengan ku, berangkat mepet menuju stasiun kereta. Di cerita itu, dia dan temannya berdoa agar tetap dapat naik kereta. Mereka disepanjang perjalanan berdoa dengan membaca surat Al-Fatihah. dan berakhir dengan mereka tetap terlambat datang di stasiun, tetapi kereta yang akan mereka tumpangi lebih terlambat lagi untuk berangkat. Itulah "the true power of doa". Ketika bersama sama berdoa untuk tujuan yang baik, InsyaAllah akan dibantu mewujudkannya.

Hmmm jurus ini layak aku coba, disepanjang perjalanan pun aku juga berdoa membaca surat Al-Fatihah ini, kalau dipakai logika seharusnya aku terlambat, sebentar sebentar aku lihat jam, miris sekali padahal jarak masih jauh. lihat aplikasi map, di estimasi tiba juga lebih lebih bikin meringis. Di logika ku memang akan sangat serba terbatas, oleh karena itu aku memohon kepada Yang Tak Memiliki Batas. Singkat cerita diperjalanan diberi kelancaran, jalanan tak terlalu padat, menunggu lampu merah juga tak terlalu lama. Terasa hal hal dipermudah, diringankan dan dilancarkan.
Akhirnya sampai juga di Stasiun Pasar Senen, tukar tiket dan masuk kereta.Ini aku lari(sambil panik..wkwk). setiba nya aku naik kereta, aku lihat jam menunjukkan sekitar pukul 9.44. Rasa rasa nya bersyukur sekali masih diberi kesempatan dan juga diberi hikmah dan bukti. Aku pun diperjalan juga merasa heran heran sambil senyum senyum sendiri. Aku berpikir ini keren sekali. Alhamdulillah.

*Banyak hal yang apabila kita sadari mengandung banyak pelajaran dan terkadang kita lupa untuk sekadar bersyukur dan ambil hikmahnya. Aku yakin dikehidupan kita, ada beberapa hal yang terasa tak mungkin, berat, tapi itu terjadi dan berhasil dilalui. Hal hal yang dianggap sebagai hal yang "beruntung" itu ada hikmahnya apabila benar benar direnungkan. Nasehat untuk diriku sendiri, renungkan lah apa apa yang kamu anggap sebagai hal yang beruntung. Dari sana akan terasa ada hikmah dan pembuktian dari doa doa dibaliknya. Hal yang dapat membuktikan bahwa selalu ada pertolongan dari Allah SWT.

*Mulailah suka membaca. terutama bacaan yang ada manfaat dan hikmah nya, juga bacaan yang dari kisah nyata, pengalaman. dari sana aku menemukan orang orang yang sanggup memetik nilai dari ujian atau tantangan yang dihadapi. Yang ketika mereka menemukan nilai itu, mereka akan merasa takjub, bersyukur dan bersyukur.

--Jakarta, 09 Februari 2018. Ditulis oleh Aji :)